Insight Articles — Feb 14, 2023

"Anak Zaman Sekarang…"

3 mins read

Share this article

Kenapa sih orang tua suka komplain tentang generasi muda? Sepertinya gak habis-habis keluhan mengenai generasi muda. Keluhannya bermacam-macam, mulai dari anak muda yang terlalu banyak main gadget, lebih suka kelayapan, gak punya daya juang, sampai ke anak muda yang mentalnya gak sekuat orang tua. Biasanya hal-hal ini dibandingkan dengan generasi tua yang dinilai lebih baik, contohnya:

 

“Anak zaman sekarang tuh ya, dikit-dikit ngeluh.”

“Gitu aja capek, zaman papa dulu kalo pergi sekolah harus nyebrang sungai.”

“Dulu kalau cari informasi mesti baca buku tebel. Sekarang ada internet, anak-anak jadi males mikir.”

“Anak sekarang makannya milih-milih. Kalo dulu mah, makan nasi pake garem doang juga bisa.”

 

Rupanya komplain dari generasi tua ini gak cuma dialami oleh Gen Z atau Millennials aja. Faktanya, generasi yang lebih tua memang sudah komplain mengenai generasi yang lebih muda sejak 2500 tahun yang lalu.[1]
 

“Orang-orang muda belum tau susahnya kehidupan, dipaksa oleh keadaan. Mereka pikir mereka tau segalanya dan selalu merasa benar.”

Rhetorical, Aristotle

Abad ke-4 SM
 

“Orang muda belum punya jenggot… gak bisa prediksi apa yang berguna, selalu buang-buang uangnya.”

Horace

Abad ke-1 SM
 

“Banyak anak muda yang sekarang dimanjain banget, transportasi mulai maju jadi lupa ada yang namanya jalan kaki.”

Scottish Rights of Way: More Young People Should Use Them, Falkirk Herald

1951
 

Menurut psikolog John Protzko, ada dua mekanisme yang berkontribusi pada kebiasaan generasi tua merendahkan generasi yang lebih muda.[2] Pertama, saat ada orang lain (terutama generasi muda) yang lebih unggul, ada kecenderungan untuk lebih memperhatikan keterbatasan atau kekurangannya. Kedua, ada memory problem yang bias, memproyeksikan kualitas seseorang di masa sekarang ke masa lalu. Orang tua mungkin merasa sulit untuk membandingkan generasi lama dengan yang baru, jadi mereka perlu inget-inget dulu situasi saat mereka muda.
 

Menurut studi yang dilakukan di Universitas California[3], orang tua pun punya kesulitan mengingat situasi saat mereka muda dulu. Misalnya ada orang tua yang sudah umur 40 sekarang sangat suka baca buku, tapi mereka mungkin lupa dulu saat umur 20 disuruh baca satu buku aja susah. Atau ketika sekarang orang tua sangat mengikuti aturan, mereka lupa padahal dulu sering memberontak. Dengan kata lain, orang tua sering lupa kalau situasi mereka dulu pun melewati banyak perkembangan sampai jadi dewasa. Hal ini yang membuat orang tua sering mengeluarkan ekspresi “Anak zaman sekarang…”

 

Seorang ekonom, Tyler Cowen juga berpendapat lewat bukunya, In Praise of Commercial Culture,[4] “Orang tua mendedikasikan bertahun-tahun hidupnya dan menghabiskan banyak sekali uang untuk membesarkan anak mereka dengan kasih sayang.” Oleh karena itu, gak heran kalau mereka akan melawan segala sesuatu yang dinilai menyimpang dari “program” hidup anaknya. Menurut Cowen, ini menjelaskan mengapa orang tua cenderung mengadopsi budaya optimis ketika mereka masih muda, dan budaya pesimis setelah mereka memiliki anak.

 

Manusia juga punya kecenderungan untuk takut atau meragukan pandangan dan teknologi baru. “Ketakutan, dalam banyak kasus, mengarah pada reaksi berlebihan, yang pada akhirnya dapat menimbulkan masalah yang lebih besar ketika kaum muda mengambil jalan lain di sekitar penghalang jalan yang sudah kita bangun,” kata John Palfrey dan Urs Gasser, penulis Born Digital: Understanding the First Generation of Digital Natives.[4] 
 

Banyak orang tua sudah melewati masa-masa adventurous mereka, di mana saat muda mereka sudah mencoba banyak hal, banyak eksperimen, dan sekarang mereka sudah merasa lebih bijak. Jadi saat sekarang melihat anak-anak muda yang punya kebiasaan baru, rasanya sangat kontra. John Palfrey dan Urs Gasser berpendapat bahwa yang perlu dipahami para orang tua adalah, “Nilai-nilai tradisional dan common sense yang dulu berguna untuk mereka di masa lalu, akan relevan juga di dunia yang baru ini.”[4]

 

Maka dari itu, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan membuka pikiran dan mempelajari hal-hal baru sesuai perkembangan zaman, supaya kita paham budaya baru tersebut, sambil memilah-milah dan mempertahankan budaya lama yang baik.

 

Setiap generasi pasti punya keraguan tentang generasi yang lebih muda. Sekarang, tiap kali orang tua komplain soal anak muda, dibalas pakai “OK boomer” oleh anak muda.[5] Tapi siapa yang tau kalau nanti Gen Z atau generasi muda lainnya udah tua, mungkin mereka juga akan komplain tentang generasi yang baru.
 

Kira-kira generasi muda selanjutnya akan dikomplain soal apa nih?



 

Reference:

[1] History Hustle

[2] science.org

[3] Inc.

[4] Forbes

[5] Vox

Share this article